Jembatan dan Mal
#1
Kau seperti palang kereta
yang mengajari motor-motor untuk bersabar. Debu putih yang memanasi
kerikil-kerikil di jalan. Manusia yang hendak membangun masjid dari recehan
pengendara, walau orang-orang mengabaikanmu tetapi tak juga kaupergi
mengabaikan keping yang jatuh, hidup bak melengkapi kepingan puzzle karena itu rasa iba akan
menggenapkanmu.
#2
Punggungmu jembatan yang menanggung mobil-mobil pengangkut buruh, sebagai pintu bus yang menelan pantofel di antara roda-roda yang mengoper sibuk. Kucari namamu pada bising klakson, yang bersahut-sahut tanpa mengaku dirimu. Kupasangi lampu di langit-langit kolong agar seorang buruh mampu membaca isyarat libur dari senin di kalender, agar seorang pengelana mafhum di mana harus menepikan semua bingung.
#3
Sebuah kota jadi toko
buku bagi malam-malammu, kauhayati sinopsis yang menyala di punggung buku meski
tak kaubeli cahaya sebab upah kadang tak cukup untuk sekadar memantik kompor.
Hidup bak eskalator dalam suatu telusur di megamall,
meski tersedia lengan tuk menaikkan keinginanmu, kebosanan selalu menyebabkanmu
turun.
#4
Etalase atau manekin
mungkin menceramahimu soal fashion,
katalog gaya berpakaian artis, impor sepatu yang diiklankan selebritis.
Sejumlah karyawati menyodorkan menu memohon kebaikan dari dua puluh persen
diskon. Mereka seperti kepala kura-kura yang mendadak tersembul hendak
menggigit dompet tipis yang meronta dalam sakumu.
2020
0 komentar: