Cakrawala yang
mementaskan perburuan elang adalah lanskap seiring beban di sanggurdi melepas
kota. Ilalang melambaikan umpama, membawa pangeran mengerling surai dan menunggang
minggu nirkabar.
Bila seisi hutan
menggeleng diterka angin, mengapa masih bertanya? Memang pernah ada yang
datang, tetapi, kebebasan memasungnya di sebidang lahan. Pangeran hanya
menghindari tatap seekor kuda yang mengajaknya pulang atau angan-angan
kematian.
Akar-akar mencuat itu, bukaan
jalur, debum pohon yang ambruk. Seperti berpesan “gawat, puteri tumpas di
ranjang perompak, lenganmu tak sempat mengirim merpati kepada regu penembak”
Pada tetes darah yang
menoreh persetujuan ia tak pernah tahu, utusan-utusan menukar Sang Puteri usai mengantongi
ramalan palsu, mereka menyiapkan tong anggur untuk istal, pilar-pilar, patung
marmar, negeri yang berdiri tanpamu.
Seekor elang membuka
petang. Perempuan mengeloskan terompah dari mata kaki sebagai jejak “kau
berjalan jauh merogoh hakmu tetapi perpisahan lebih dulu menggorok batang
lehermu” di bibir pantai ia menyamar asin laut.
Juni,
2018
0 komentar: