Setiap
kali menyusun kata, aku bertemu bentuk-bentuk yang berlari ke beranda menukar
putih dengan lumpur. Begitu saja malam melambung seperti pengelana kehabisan
air untuk diteguk. Aku biarkan kerlip lampu mengejek kosakata yang kubangun, menyoroti
omelan panjang dalam mangkuk. Akhir-akhir ini mana indah mana rumit, makin
nampak, dan di kepala tinggal halaman depan yang mesti kuberi nama.
Ada
masa lalu seperti rerintik jatuh. Harapan ibu menderas lalu selokan mimpi meluap
menjadi tafsir yang keruh, terpaksa masuk ke gorong-gorong batu mendapati upaya
kosong melompong di tempat kutumbuh.
Juni,
2018
0 komentar: