Kami mencipta ceria yang hanya dimengerti
oleh diri. Segalanya tak bertambah baik, nasib
seperti letup pembakaran yang abunya menukik,
jatuh, menyatu tanah. Dari sanalah semua terlahir,
si penanam hidup, pemintal kegelapan, meniup ruh
ksatria tegak tanpa siap dianulir. Tunggangan kami
luntang-lantung lapar dan mati sebab rumput
menjelma sebidang batu yang di atasnya helikopter
mengembuskan nafas berburu. Bukan
kejutan peluru atau sepasukan bunuh diri, tetapi
mesin pengeruk telah merenggut tunggangan kami.
Ketika lampu sorot memberondong dari awan,
jejak kami tertukar kawat pembatas juga puing-puing
rumah sakit yang kehabisan jarum suntik.
Ketika gelap semakin, lubang di atap serupa tirai,
lengan kami bermunculan bagai ranting
menahan sangkar milik kejatuhan.
0 komentar: