Kagum pada tahannya hidup
aku hikmati bara di matamu yang degup
sore bertanding cadas bukit
lupa jejalar duri membikin sakit
Siapkan kerang di lekuk tebing
peluk keringat matahari digiring
ia setegak bangunan tiga lantai
di lengannya licin daun kelapa melambai
Hiruk-pikuk perahu nelayan
belum juga melirik
pasang kaki yang mengemban
masa paceklik
Kota biarlah jauh
tiap kerlip metropolitan
kubur angan anak kecil
mengakrabi pantai
Segala yang pamit
lupa kembalikan riuh
ia dorong sampan
memutar tombak di tangan
Nyanyi sejuta leluhur membersamai
mengecat kening merah hati
keberanian ialah sesaji
agar teluh tak kembali
Selagi pasang mematuk bukit
ubun karang bertimbulan
satu dua lompatan
capai ketinggian
Kota serupa geligi hiu
menganga kirim bau
alat produksi ke teluk
desa harapan kini terbatuk
Lamat-lamat tampung nyanyian
ia lentingkan tombak
sambil berteriak
menjaring suram dari tepian
0 komentar: