Suatu saat kata-kata yang kucetak dari bunga penadah sayang, hanyalah kengerian yang mendekap pundakmu, ialah segenggam frasa yang bertengge...

Sang Ratu

Suatu saat kata-kata yang kucetak dari bunga penadah sayang, hanyalah kengerian yang mendekap pundakmu, ialah segenggam frasa yang bertengger di tengkuk sebagai kelelawar buat lenganku gagal mengirim peluk.

Tinta kepunyaan penyair telah merajah kuningmu, mengapa kau tetap menggantung di kekakuan malam yang seperti lorong? Ketika langit melempar riasannya ke kepalamu yang kosong pernahkah kau buat permintaan semisal jadi penggemar yang mendapati impiannya bukanlah omong kosong.

Ada hantu yang mengarak ingatanmu. Di langit-langit sendaku, sepasang sayap mencakup secercah kenang yang kuberi melalui celah gua batu. Anggap saja ia kerasan dalam pekat sebab pagi ancaman. Selalu menghindari terbit, tapi diterimanya juga bayang masa remajaku. Sebatas ratu dalam kebimbangannya sendiri.

Cahaya tak pernah sampai. Aku duduk bersamamu tak lekas buyar. Menghibur dengan baris kuatren atau melulur soneta bernafaskan melayu. Hingga di tengkukmu yang tertoreh hanya kata-kataku, maut.  

Juni, 2018





1 komentar: